Siti Salamah Gagas Waste Solution Hub Untuk Lingkungan Lebih Bersih dan Sehat

Siti Salamah Gagas Waste Solution Hub

Bicara masalah sampah rasanya tidak akan pernah ada habisnya, dari tahun ke tahun selalu berulang dan nyaris selalu tidak pernah menemukan formula yang tepat untuk mengatasi masalah sampah, minimal menurunkan angka volume sampah. Bertambahnya jumlah penduduk yang migrasi ke berbagai wilayah perkotaan dengan salah satu alasan, yaitu mencari pekerjaan secara otomatis akan membuka kawasan pemukiman baru, dan itu berarti akan muncul potensi sampah baru. Apalagi tidak semua kawasan perumahan, kawasan industri, dan berbagai pusat ekonomi di perkotaan lainnya memiliki tata kelola sampah yang baik dan terintegrasi. Akibatnya bisa ditebak, lagi-lagi lingkungan tercemar.

Bagi yang tinggal di kawasan perkotaan pasti tidak asing lagi dengan istilah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dijadikan pusat pembuangan sampah dari berbagai daerah disekitarnya. Dengan adanya TPA ini, berbagai jenis industri dan masyarakat tidak perlu bingung membuang sampah, biasanya akan ada petugas yang khusus menangani masalah sampah ini. Meskipun untuk jangka panjang, TPA bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah sampah yang volumenya nyaris selalu naik setiap hari. Namun di sisi yang lain ada banyak kelompok masyarakat yang mengais rezeki dari tumpukan sampah di TPA.

Di TPA, tidak jarang dijumpai pemandangan remaja, anak-anak, perempuan, hingga lansia bekerja sebagai pemulung, mengumpulkan berbagai sampah untuk ditukar dengan sejumlah uang demi menyambung hidup dan agar bisa tetap sekolah. Tidak jarang banyak yang merasa iba melihat anak-anak berlarian dari satu gunungan sampah ke gunungan lainnya hanya untuk menemukan sisa sampah yang bisa dijual. Dengan tekun, anak-anak dan para perempuan mengumpulkan satu-persatu sampah untuk dikemas dalam karung, siap dijual ke penampung berikutnya.

Tidak sekolah kah anak-anak yang ikut mencari nafkah di TPA? Tentu saja, banyak dari anak-anak pemulung, demikian sebutan untuk orang yang mengumpulkan sampah, yang masih bisa bersekolah. Namun tentu saja, waktu belajar setelah pulang sekolah tidaklah maksimal karena setelah jam pulang sekolah biasanya itulah waktunya membantu orangtua mengumpulkan sampah. Rasa prihatin inilah yang membuat Siti Salamah, seorang perempuan yang memiliki cita-cita serta visi besar ingin membantu mengubah nasib para pemulung di Tangerang, Banten.

Visi besar ini perlahan mulai diwujudkan Siti Salamah dengan mendirikan Taman Magrib Mengaji, yang fokus membantu anak pemulung mendapatkan pendidikan non formal sekaligus membantu anak-anak belajar agama yang memberikan dampak baik bagi perkembangan karakter anak-anak tersebut. Dalam perjalanannya, Taman Magrib Mengaji ini kemudian berkembang hingga akhirnya lebih dikenal dengan Rumah Pohon. Rumah Pohon menjadi tempat bagi anak pemulung untuk menambah pengetahuan disela-sela aktivitas mengumpulkan barang bekas.

Tidak cukup hanya berinteraksi dengan anak-anak, Siti Salamah akhirnya ikut berupaya untuk melakukan aksi memberdayakan ekonomi para keluarga pemulung, agar bisa meningkatkan kualitas hidup mereka. Berbagai pembinaan dan pelatihan terus dilakukan untuk para keluarga pemulung agar aktivitas mereka tidak hanya sekadar mengumpulkan sampah semata tapi juga tahu bagaimana mengelola sampah tersebut agar bisa memberikan nilai tambah bagi kehidupan ekonominya, hingga lahirlah Waste Solution Hub (WasteHub).

Siti Salamah Gagas Waste Solution Hub Untuk Lingkungan yang Lebih Bersih dan Sehat

Sampai saat ini, masalah sampah masih menyisakan berbagai persoalan, terutama dampaknya bagi lingkungan dan kesehatan. Namun disisi yang lain, ada ribuan orang yang menjadi pemulung mengantungkan rezeki dari aktivitas mengumpulkan dan memilah sampah. Meskipun bertahun-tahun menjalani aktivitas sebagai pemulung, kehidupan nyaris tidak berubah selain hanya cukup untuk makan sehari-hari. Terkadang itu pun masih kurang jika sampah yang berhasil dipilah tidak terlalu banyak. Adakah solusi untuk meningkatkan kualitas hidup para pemulung?

Siti Salamah, merupakan salah satu sosok perempuan yang setiap hari bersentuhan dengan kehidupan para keluarga pemulung. Tahun demi tahun dhabiskan dengan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi anak-anak dari keluarga pemulung. Setiap hari melihat kehidupan para pemulung yang tidak pernah ada perubahan membuat Siti Salamah mulai memikirkan solusi agar para pemulung dan keluarganya bisa berdaya secara ekonomi tanpa harus meninggalkan aktivitas yang menjadi sumber penghasilannya.

Setelah dua tahun berupaya dan berjuang sendiri, akhirnya Siti Salamah bertemu dengan Ranitya Nurlita (Lita) tahun 2017 silam dalam kegiatan yang bertema United in Diversity. Pertemuan ini akhirnya melahirkan kolaborasi untuk bersama menemukan solusi cara memberdayakan para pemulung, terutama keluarganya agar aktivitas memilah sampah memberikan manfaat ekonomi lebih besar sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Lewat proses diskusi yang matang, Siti Salamah dengan impiannya bisa memberdayakan keluarga pemulung, dan Lita yang fokus pada isu lingkungan serta sampah, akhirnya memadukan mimpinya agar bisa membangun tata kelola sampah yang tidak hanya lebih baik tapi juga humanis.

Tidak perlu menunggu waktu lama, akhirnya keduanya merealisasikan rencana tersebut dengan mengandeng rekan lainnya, yang juga sejalan dengan visi mereka, yaitu Yusuf. Siti Salamah, Lita, dan Yusuf akhirnya bisa merealisasikan tujuan mereka dengan mendirikan Waste Solution Hub. Apa itu Waste Solution Hub? Waste Solution Hub merupakan sebuah inovasi bisnis sosial (sociopreneur) yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban/perkotaan, menggunakan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi dan melibatkan banyak pihak. WasteHub fokus pada 4 layanan, yaitu:

  1. Consulting. Fokus pada jasa konsultasi profesional untuk menyelesaikan masalah umum antara masyarakat, pemulung, lapak, dan unit usaha dalam rangka meningkatkan area pengumpulan sampah dengan menggunakan pendekatan win-win solution.
  2. Creating. Fokus membangun tata kelola sampah yang lebih sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan menggunakan pendekatan teknologi.
  3. Empowering. Fokus meningkatkan pendapatan pemulung dengan memberikan peluang tambahan dan meningkatkan soft skill.
  4. Solving. Fokus memberikan solusi atas permasalahan sanitasi, lingkungan, serta fasilitas kesehatan yang layak.
Dari rangkuman berbagai sumber, setelah tiga tahun berjalan Waste Solution Hub telah mengedukasi lebih dari 23 ribu pengunjung, menangani lebih dari 10 proyek, memiliki lebih dari 60 orang relawan, mengelola lebih dari 2.400 kilogram sampah, memberdayakan lebih dari 1.200 pemulung, serta mendistribusikan lebih dari 3.000 paket sembako untuk pemulung.

Waste Solution Hub
Foto: https://katadata.co.id/

Perjuangan Siti Salamah dan rekan-rekannya, apalagi kini telah memiliki cukup banyak relawan membuahkan penghargaan, dan berhasil menjadikannya sebagai salah satu penerima Apresiasi Satu Indonesia Award tahun 2021 Tingkat Nasional untuk Kategori Kelompok yang mewakili lima bidang sekaligus, yaitu Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.

Meskipun berhasil memenangkan berbagai lomba, tentu saja perjalanan WasteHub tidak selalu mulus, ada saja hambatan yang harus dihadapi, terutama masalah operasional. Tidak hanya itu, kendala lainnya ada pada manajemen SDM di mana sebagian besar relawan memiliki pekerjaan tetap sehingga aktivitas bersama WasteHub hanya bisa diikuti saat weekend atau sepulang bekerja. Kendala ini membuat banyak aktivitas yang berhubungan dengan sociopreneur menjadi sedikit terhambat. Tapi semua hambatan ini tidak menyurutkan langkah Siti Salamah dan rekan-rekannya untuk membawa WasteHub ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Kedepannya, Waste Solution Hub akan mengembangkan sistem teknologi yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT) dan blockchain dalam pengelolaan sampah. Sehingga permasalahan sampah dapat dicarikan solusinya secara realtime dan transparan. Bisa mengelola sampah organik dengan baik pun juga menjadi salah satu tujuan WasteHub kedepannya, karena sampah jenis ini jika dikelola dengan baik akan menghasilkan nilai tambah dari segi ekonomi yang cukup tinggi, salah satunya dengan mengelola kembali menjadi kompos.

Dengan pengelolaan sampah yang terintegrasi berbasis teknologi, diharapkan permasalahan sampah di berbagai kota di Indonesia bisa terurai satu-persatu. Terurainya masalah sampah tentu memunculkan dampak positif bagi lingkungan, karena anak cucu kita kelak membutuhkan warisan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. 

Semangat Siti Salamah dan rekan-rekannya yang bernaung dalam Waste Solution Hub untuk bisa mengurai berbagai permasalahan sampah, mengelola sampah, dan meningkatkan kualitas hidup para pemulung tentunya sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa. Tentunya juga sejalan dengan Sustainable Development Goals Indonesia.

Referensi Artikel:
https://katadata.co.id/padjar/ekonomi-hijau/624b02d328cca/asa-di-balik-tumpukan-sampah-dari-siti-salamah
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penggerak-sistem-pengelolaan-sampah-terintegrasi-berbasis-teknologi/
https://wastehub.id/

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar